Sabtu, 28 Mei 2011

InginKu Sempurnakan Separuh AgamaKu


Di zaman ini tidak ragu lagi penuh godaan di sana-sini. Di saat wanita-wanita sudah tidak lagi memiliki rasa malu. Di saat kaum hawa banyak yang tidak lagi berpakaian sopan dan syar’i. Di saat perempuan lebih senang menampakkan betisnya daripada mengenakan jilbab yang menutupi aurat. Tentu saja pria semakin tergoda dan punya niatan jahat, apalagi yang masih membujang. Mau membentengi diri dari syahwat dengan puasa amat sulit karena ombak fitnah pun masih menjulang tinggi. Solusi yang tepat di kala mampu secara fisik dan finansial adalah dengan menikah.

Menyempurnakan Separuh Agama

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,  ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

.إِذَا تَزَوَّجَ العَبْدُ فَقَدْ كَمَّلَ نِصْفَ الدِّيْنِ ، فَلْيَتَّقِ اللهَ فِي النِّصْفِ البَاقِي

Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 625)

Lihat bahwa di antara keutamaan menikah adalah untuk menyempurnakan separuh agama dan kita tinggal menjaga diri dari separuhnya lagi. Kenapa bisa dikatakan demikian? Para ulama jelaskan bahwa yang umumnya merusak agama seseorang adalah kemaluan dan perutnya. Kemaluan yang mengantarkan pada zina, sedangkan perut bersifat serakah. Nikah berarti membentengi diri dari salah satunya, yaitu zina dengan kemaluan. Itu berarti dengan menikah separuh agama seorang pemuda telah terjaga, dan sisanya, ia tinggal menjaga lisannya.

Al Mula ‘Ali Al Qori rahimahullah dalam Mirqotul Mafatih Syarh Misykatul Mashobih berkata bahwa sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambertakwalah pada separuh yang lainnya”, maksudnya adalah bertakwalah pada sisa dari perkara agamanya. Di sini dijadikan menikah sebagai separuhnya, ini menunjukkan dorongan yang sangat untuk menikah.

Al Ghozali rahimahullah (sebagaimana dinukil dalam kitab Mirqotul Mafatih) berkata, “Umumnya yang merusak agama seseorang ada dua hal yaitu kemaluan dan perutnya. Menikah berarti telah menjaga diri dari salah satunya. Dengan nikah berarti seseorang membentengi diri dari godaan syaithon, membentengi diri dari syahwat (yang menggejolak) dan lebih menundukkan pandangan.”

Kenapa Masih Ragu untuk Menikah?

Sebagian pemuda sudah diberikan oleh Allah keluasan rizki. Ada yang kami temui sudah memiliki usaha yang besar dengan penghasilan yang berkecukupan. Ia bisa mengais rizki dengan mengolah beberapa toko online. Ada pula yang sudah bekerja di perusahaan minyak yang penghasilannya tentu saja lebih dari cukup. Tetapi sampai saat ini mereka  belum juga menuju pelaminan. Ada yang beralasan belum siap. Ada lagi yang beralasan masih terlalu muda. Ada yang katakan  pula ingin pacaran dulu. Atau yang lainnya ingin sukses dulu dalam bisnis atau dalam berkarir dan dikatakan itu lebih urgent. Dan berbagai alasan lainnya yang diutarakan. Padahal dari segi finansial, mereka sudah siap dan tidak perlu ragu lagi akan kemampuan mereka. Supaya memotivasi orang-orang semacam itu, di bawah ini kami utarakan manfaat nikah yang lainnya.

(1) Menikah akan membuat seseorang lebih merasakan ketenangan.

Coba renungkan ayat berikut, Allah Ta’ala berfirman,

وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya.” (QS. Ar-Ruum: 21). Lihatlah ayat ini menyebutkan bahwa menikah akan lebih tentram karena adanya pendamping. Al Mawardi dalam An Nukat wal ‘Uyun berkata mengenai ayat tersebut, “Mereka akan begitu tenang ketika berada di samping pendamping mereka karena Allah memberikan pada nikah tersebut ketentraman yang tidak didapati pada yang lainnya.” Sungguh faedah yang menenangkan jiwa setiap pemuda.

(2) Jangan khawatir, Allah yang akan mencukupkan rizki

Dari segi finansial sebenarnya sudah cukup, namun selalu timbul was-was jika ingin menikah. Was-was yang muncul, “Apa bisa rizki saya mencukupi kebutuhan anak istri?” Jika seperti itu, maka renungkanlah ayat berikut ini,

وَأَنكِحُوا اْلأَيَامَى مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَآئِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui
.” (QS. An Nuur: 32). Nikah adalah suatu ketaatan. Dan tidak mungkin Allah membiarkan hamba-Nya sengsara ketika mereka ingin berbuat kebaikan semisal menikah.

Di antara tafsiran Surat An Nur ayat 32 di atas adalah: jika kalian itu miskin maka Allah yang akan mencukupi rizki kalian. Boleh jadi Allah mencukupinya dengan memberi sifat qona’ah (selalu merasa cukup) dan boleh jadi pula Allah mengumpulkan dua rizki sekaligus (Lihat An Nukat wal ‘Uyun). Jika miskin saja, Allah akan cukupi rizkinya. Bagaimana lagi jika yang bujang sudah berkecukupan dan kaya?

Dari ayat di atas, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,

التمسوا الغنى في النكاح

Carilah kaya (hidup berkecukupan) dengan menikah.”  (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim mengenai tafsir ayat di atas).
 Disebutkan pula dalam hadits bahwa Allah akan senantiasa menolong orang yang ingin menjaga kesucian dirinya lewat menikah. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang tiga golongan yang pasti mendapat pertolongan Allah. Di antaranya,

وَالنَّاكِحُ الَّذِي يُرِيدُ الْعَفَافَ

“… seorang yang menikah karena ingin menjaga kesuciannya.” (HR. An Nasai no. 3218, At Tirmidzi no. 1655. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Ahmad bin Syu’aib Al Khurasani An Nasai membawakan hadits tersebut dalam Bab “Pertolongan Allah bagi orang yang nikah yang ingin menjaga kesucian dirinya”. Jika Allah telah menjanjikan demikian, itu berarti pasti. Maka mengapa mesti ragu?

(3) Orang yang menikah berarti menjalankan sunnah para Rasul

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلاً مِن قَبْلِكَ وَجَعَلْنَا لَهُمْ أَزْوَاجًا وَذُرِّيَّةً

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan.” (QS. Ar Ra’du: 38). Ini menunjukkan bahwa para rasul itu menikah dan memiliki keturunan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَرْبَعٌ مِنْ سُنَنِ الْمُرْسَلِينَ الْحَيَاءُ وَالتَّعَطُّرُ وَالسِّوَاكُ وَالنِّكَاحُ

Empat perkara yang termasuk sunnah para rasul, yaitu sifat malu, memakai wewangian, bersiwak dan menikah.” (HR. Tirmidzi no. 1080 dan Ahmad 5/421. Hadits ini dho’if sebagaimana kata Syaikh Al Albani dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth. Namun makna hadits ini sudah didukung oleh ayat Al Qur’an yang disebutkan sebelumnya)

(4) Menikah lebih akan menjaga kemaluan dan menundukkan pandangan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki baa-ah[1], maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya.” (HR. Bukhari no. 5065 dan Muslim no. 1400). Imam Nawawi berkata makna baa-ah dalam hadits di atas terdapat dua pendapat di antara para ulama, namun intinya kembali pada satu makna, yaitu sudah memiliki kemampuan finansial untuk menikah. Jadi bukan hanya mampu berjima’ (bersetubuh), tapi hendaklah punya kemampuan finansial, lalu menikah. Para ulama berkata, “Barangsiapa yang tidak mampu berjima’ karena ketidakmampuannya untuk memberi nafkah finansial, maka hendaklah ia berpuasa untuk mengekang syahwatnya.” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim).

Itulah keutamaan menikah. Semoga membuat mereka-mereka tadi semakin terdorong untuk menikah. Berbeda halnya jika memang mereka ingin seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang belum menikah sampai beliau meninggal dunia. Beliau adalah orang yang ingin memberi banyak manfaat untuk umat dan itu terbukti. Itulah yang membuatnya mengurungkan niat untuk menikah demi maksud tersebut. Sedangkan mereka-mereka tadi di atas, bukan malah menambah manfaat, bahkan diri mereka sendiri binasa karena godaan wanita yang semakin mencekam di masa ini.

Menempuh Jalan yang Benar

Kami menganjurkan untuk segera menikah di sini bagi yang sudah berkemampuan, bukan berarti ditempuh dengan jalan yang keliru. Sebagian orang menyangka bahwa menikah harus lewat pacaran dahulu supaya lebih mengenal pasangannya. Itu pendapat keliru karena tidak pernah diajarkan oleh Islam. Pacaran tentu saja akan menempuh jalan yang haram seperti mesti bersentuhan, berjumpa dan saling pandang, ujung-ujungnya pun bisa zina terjadilah MBA (married be accident). Semua perbuatan tadi yang merupakan perantara pada zina diharamkan sebagaimana firman Allah Ta’ala,

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’: 32)
Kemudian nasehat kami pula bagi mahasiswa yang masih kuliah (masih sekolah) bahwa bersabarlah untuk menikah. Sebagian mahasiswa yang belum rampung kuliahnya biasanya sering “ngambek” pada ortunya untuk segera nikah, katanya sudah tidak kuat menahan syahwat. Padahal kerja saja ia belum punya dan masih mengemis pada ortunya. Bagaimana bisa ia hidupi istrinya nanti? Kami nasehatkan, bahagiakan ortumu dahulu sebelum berniat menikah. Artinya lulus kuliah dahulu agar ortumu senang dan bahagia karena itulah yang mereka inginkan darimu dan tugasmu adalah berbakti pada mereka. Setelah itu carilah kerja, kemudian utarakan niat untuk menikah. Semoga Allah mudahkan untuk mencapai maksud tersebut. Oleh karenanya, jika memang belum mampu menikah, maka perbanyaklah puasa sunnah dan rajin-rajinlah menyibukkan diri dengan kuliah, belajar ilmu agama, dan kesibukan yang manfaat lainnya. Semoga itu semakin membuatmu melupakan nikah untuk sementara waktu.

Adapun yang sudah mampu untuk menikah secara fisik dan finansial, janganlah menunda-nunda! Jangan Saudara akan menyesal nantinya karena yang sudah menikah biasa katakan bahwa menikah itu enaknya cuma 1%, yang sisanya (99%) “enak banget”. Percaya deh!

Semoga sajian ini bermanfaat. Wallahu waliyyut taufiq.

Rabu, 18 Mei 2011

Tips Rahasia mendapatkan Anak Unggulan


Orang tua berkeinginan mempunyai anak unggulan atau memiliki kecerdasan tinggi. Tentunya keunggulan hakiki yang dapat membawa kebahagiaan dunia dan akhirat. Keunggulan atau kecerdasan dipahami melalui kemampuan seseorang menggunakan akal pikirannnya melebihi orang lain. Daya pikirnya menjangkau ke depan hingga sanggup menangkap semua persoalan dan diselesaikan dengan analisis yang tajam. Parameter ini disebut: IQ (Intelligence Quation).

Parameter lainnya adalah: EQ (Emotional Quation) dan SQ (Spiritual Quation). Ketiga parameter tersebut dianggap merupakan keunggulan hakiki atau kecerdasan yang menyelamatkan.

Lantas, bagaimana menciptakan generasi masa depan yang memiliki keunggulan hakiki dan merencanakannya sejak dalam kandungan?

Diperlukan beberapa langkah untuk memiliki anak unggulan, yaitu:

PERTAMA: MASA PERSIAPAN PERSETUBUHAN

  • Ruangan kamar. Tempat tidur (seprei, selimut dan pakaian harus bersih dari najis). Sediakan parfum untuk menyegarkan suasana.
  • Lampu Kamar. Penerangan sedapat mungkin berasal dari cahaya luar rumah atau cahaya rembulan.
  • Makanan. Hindari makanan yang di haramkan dan hindari persetubuhan dalam keadaan lapar atau terlalu kenyang.
  • Fisik. Fisik harus sehat, suasana hati tenang dan bahagia. Tidak dalam suasana marah atau sedih. Gunakan selimut untuk menutupi sebagian tubuh.
  • Doa Bersetubuh. Awali persetubuhan dengan membaca doa.
  • Apabila ingin melakukan persetubuhan kedua, hendaknya membersihkan terlebih dahulu atau berwudhu.
  • Waktu. Pilihlah waktu-waktu yang baik menurut kebutuhan. Tetapi sebaiknya jangan bersetubuh pada waktu sepertiga malam. Karena saat itu untuk melakukan shalat tahajjud.
  • Apabila menginginkan anak perempuan, maka miring ke kiri. Sedangkan jika menginginkan anak lelaki, miring ke kanan.

KEDUA: SAAT MENGANDUNG HINGGA BAYI LAHIR

  • Apabila Allah SWT merahmatinya dengan terjadinya pembuahan, maka mulailah secara rutin membaca Al Qur’an, Surat Yusuf setiap hari. Pada hakekatnya, membaca Surat Yusuf ini bertujuan mendapatkan pahala, disamping menanamkan sugesti yang kuat agar kelak anak menjadi seperti Nabi Yusuf As. Seorang Nabi yang diberkahi wajah rupawan, berbakti kepada orangtua dan saudaranya dan memiliki kecerdasan yang tinggi.(Namun jauh lebih baik membiasakan khataman Qur’an).
  • Sugesti semacam ini sangat penting, karena ikut menentukan seperti apa kelak anak yang diinginkan. Adakalanya orangtua tersugesti idola di televisi, seperti penyanyi atau bintang film, lalu menginginkan anaknya seperti idolanya itu.
  • Namun demikian, mensugestikan diri dengan figur agama jauh lebih baik, seperti para Nabiyullah atau tokoh Khulafaur Rasyidin, Umar bin Abdul Aziz, Salahuddin Al Ayyubi, Siti Aisyah ra, Rabiah Al Adawiyyah, dll. Untuk mengenal tokoh tersebut harus rajin membaca buku agama.
  • Bisa juga sugesti melalui tokoh terkini, seperti : Abdullah Gymnastiar, Quraish Shihab, Nurcholish Majid, Sutrisno Bachir, Rano Karno, Dede Yusuf, Din Syamsudddin, Amien Rais, Syahrul Gunawan, dll. Atau figur wanita seperti: Megawati, Marissa Haque, Ratih Sanggarwati, Neno Warisman, Astri Ivo, Inneke Kusherawati, Marshanda, dll.

KETIGA: SAAT BAYI LAHIR, HINGGA MAMPU MANDI SENDIRI (USIA 4-5 TAHUN)

  • Saat bayi lahir, suarakan azdan di telinga kanan dan iqomat ditelinga kiri. Hal ini dimaksudkan agar suara yang pertama didengar bayi di dunia adalah kalimat mengagungkan kebesaran Tuhan, ketauhidan dan syahadat.
  • Selanjutnya secara rutin membaca Al Qur’an, Surat Yasin setiap hari.
  • Usai membaca, lalu berdoa memohon barokah dan karomah Surat Yasin tersebut. Kemudian tiupkan ke dalam botol berisi air (berukuran sekitar 1 liter).
  • Pada saat bayi dimandikan, tuangkan sebagian air (kira-kira ½ liter) yang sudah diberi barokah Surat Yasin tersebut ke dalam ember berisi air biasa. Sisa air dalam botol digunakan untuk mandi berikutnya.
  • Dalam sehari bayi mandi dengan diberi tambahan air dalam botol tersebut.
  • Lakukan setiap hari secara rutin hingga anak berusia 4-5 tahun, atau saat anak mulai dapat melakukan mandi sendiri.

KEEMPAT: SAAT BAYI LAHIR HINGGA MENJELANG MASUK SEKOLAH DASAR (USIA 6-7 TAHUN)

Dilakukan mulai bayi lahir. Tujuannya agar anak senantiasa didoakan tamu. Langkahnya sbb:

  • Apabila kedatangan tamu, maka biasakanlah memperkenalkan anak kepada tamu di ruang tamu. Caranya dengan membawa anak ke ruang tamu hingga tamu dapat melihat dan mengenalnya.
  • Pada umumnya, tamu akan tersenyum melihat tingkah lucu anak. Pada saat itu, tamu akan berkata, misalnya, ”Aduh cakepnya anak ini, moga-moga jadi anak yang pintar dan soleh,” atau kalimat, “Aduhai cantiknya, mudah-mudahan jadi wanita shalihah,” dll.
  • Perkataan semacam itu pada hakikatnya bermakna doa. Apabila orangtua mendengarnya, maka ucapkanlah dalam hati, “Amin, Ya Robbal Alamin”.
  • Apabila sudah terbiasa memperkenalkan anak-anak kepada tamu, maka tentu anak akan semakin banyak yang mendoakannya. Dapat di bayangkan pula beragam doa yang akan didapat anak. Boleh jadi, tamu akan berkata, ”Mudah-mudahan menjadi manusia yang berguna bagi agama dan bangsa.” Atau kata-kata seperti ini, “Semoga kelak jadi pemimpin yang adil dan bijaksana,” dan sejumlah kemungkinan doa-doa yang baik yang bakal diterimanya. Tetapi harus diingat, doa orangtua yang utama.
  • Meski begitu, adakalanya perilaku anak sering merepotkan orangtua, seperti memecahkan gelas atau mengotori taplak meja. Apabila hal itu terjadi, jangan singkirkan anak dari ruang tamu. Orangtua harus bersikap sabar menunggu hingga tamu berkata yang bermakna doa. Setelah tamu berucap doa, baru anak dipindahkan ke ruang lain atau bermain dengan rekan sebayanya.
  • Apabila tamu dipersilahkan makan, sebaiknya anak ikut pula makan bersama orangtua dan tamunya.

Harus dipahami, sejalan bertambahnya usia anak, banyak faktor lain yang harus diperhatikan orangtua, seperti pendidikan dan lingkungan. Langkah di atas merupakan perhatian khusus orangtua, sebelum anak memasuki pergaulan luas di sekolah dan lingkungannya.

Langkah tersebut, Insya Allah dapat mencapai keberhasilan memiliki anak unggulan yang hakiki, yaitu mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Catatan: Kisah pada point ketiga Misteri dapatkan dari seorang teman. Dia menceritakan rekannya yang memiliki anak cerdas hingga mendapat beasiswa di Australia. Sekarang anak cerdas itu tinggal di Jepang dan beristeri wanita sana.
Kisah pada point keempat, Misteri dapatkan dari ceramah tarawih di Yogyakarta. Penceramah yang juga dokter senior itu bercerita tentang rekannya yang berprofesi sebagai guru sekolah dan memiliki beberapa anak. Tetapi alhamdulillah, semua anaknya berhasil menjadi sarjana.

Sedangkan point kesatu dan kedua, sebagian sudah umum dilakukan di masyarakat.

sumber: AGUS SISWANTO – gus7.wordpress.com
out source resep.web.id