Sabtu, 02 Juli 2011

Ku Pinang Engkau dengan Hamdalah



Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kekuatan pada Anda menghadap orangtua seorang wanita untuk melakukan peminangan. Setelah perkenalan dan percakapan sejenak dengan keluarga akhwat yang akan dipinang, sekarang marilah kita mendengarkan nasehat Imam Nawawi.

Orang yang meminang, kata Imam Nawawi dalam Al-Adzkaarun Nawawiyyah, disunnahkan untuk memulai dengan membaca hamdalah dan shalawat untuk Rasul SAW. Ustadz Abdul Hamid Kisyik dalam bukunya Bimbingan Islam untuk Mencapai Keluarga Sakinah (Al-Bayan, 1995) mengingatkan kembali. Dianjurkan, kata Hamid Kisyik, memulai lamaran dengan hamdalah dan pujian lainnya kepada Allah SWT. serta shalawat kepada Rasul-Nya.

Pinanglah ia dengan mengucapkan, “Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Allahummashalli ‘aala Muhammad wa ‘alaa ali Muhammad.”

Kalau ingin menggunakan shalawat lain, silakan. Ada berbagai ucapan shalawat yang dibenarkan oleh As-Sunnah. Ada shalawat yang panjang, meliputi Rasulullah, istri-istri beliau serta keluarganya. Tetapi shalawat yang pendek juga tidak apa-apa. Hanya saja, sebaiknya shalawat tidak dipenggal hanya sampai kepada Rasulullah saja. Ucapkanlah shalawat minimal untuk Rasulullah beserta ‘aal beliau Saww. Semoga yang demikian ini menjadikan peminangan Anda barakah.

Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Aku datang pada kalian untuk mengungkapkan keinginan kami melamar putri kalian –Fulanah binti Fulan -- atau janda kalian --Fulanah binti Fulan."

Atau kalimat lain yang semakna.

Kami, kata Imam Nawawi selanjutnya, di dalam kitab Sunan Abu Daud, Sunan Ibnu Majah, dan yang lainnya meriwayatkan melalui Abu Hurairah r. a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: “Setiap perkataan --menurut riwayat yang lain setiap perkara-- yang tidak dimulai dengan bacaan hamdalah, maka hal itu sedikit barakahnya --menurut riwayat yang lain terputus dari kebarakahannya.” (HR Abu Daud, Ibnu Majah dan Imam Ahmad, hasan).

Pada sebuah kumpulan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Abu Hurairah, kata Ustadz Abdul Hamid Kisyik, dari Abu Hurairah r.a., Nabi Saw. bersabda, “Setiap lamaran yang tidak ada syahadat di dalamnya seperti tangan yang tidak membawa berkah.

Setelah pinangan kita sampaikan, biarlah pihak keluarga wanita dan wanita yang bersangkutan untuk mempertimbangkan. Sebagian memberikan jawaban dengan segera, sebelum kaki bergeser dari tempat berpijaknya, sebab pernikahan mendekatkan kepada keselaman akhirat, sedang calon yang datang sudah diketahui akhlaknya. Sebagian memerlukan waktu yang cukup lama untuk bisa memberi kepastian apakah pinangan ditolak atau diterima, karena pernikahan bukanlah untuk sehari dua hari saja.

Apapun, serahkan kepada keluarga wanita untuk memutuskan. Mereka yanglebih tahu keputusan apa yang terbaik bagi anaknya. Cukuplah Anda memegangi husnuzhan Anda kepada mereka. Bukankah ketika Anda meminang seorang wanita berarti Anda mempercayai wanita yang Anda harapkan beserta keluarganya?

Keputusan apa pun yang mereka berikan, sepanjang didasarkan atas musyawarahyang lurus, adalah baik dan insya-Allah memberi akibat yang baik bagi Anda. Tidak kecewa orang yang istikharah dan tidak merugi orang yang musyawarah. Maka, apa pun hasil musyawarah sepanjang dilakukan dengan baik, akan membuahkan kebaikan. Sebuah keputusan tidak bisa disebut buruk atau negatif, jika memang didasarkan pada musyawarah yang memenuhi syarat, hanya karena tidak memberikesempatan kepada Anda untuk menjadi anggota keluarga mereka. Jika niat Anda memang untuk silaturrahmi, bukankah masih tersedia banyak peluang lain untuk itu?

Anda telah meminangnya dengan hamdalah. Anda telah dimampukan datang oleh Allah yang Maha Besar. Dia-lah Yang Maha Lebih Besar. Semua yang lain adalah kecil. Apalagi kita. Kita cuma manusia. Manusia adalah makhluk yang kemana pun mereka pergi, selalu membawa wadah kotoran yang busuk baunya.
Kita ini kecil. Anda juga kecil. Saya apalagi.
Lalu, apa alasan kita untuk merasa besar kalau tidak ada yang takabur kepada kita? Apakah karena Anda merasa hanya mencari ridha Allah, padahal ketika memutuskan pun mereka berniat mencari ridha Allah?

Ada pelajaran yang sangat berharga dari Bilal bin Rabah, muadzin kecintaan Rasulullah Saw. tentang meminang. Ketika ia bersama Abu Ruwaihah menghadap Kabilah Khaulan, Bilal mengemukakan: “Saya ini Bilal, dan ini saudaraku. Kami datang untuk meminang. Dahulu kami
berada dalam kesesatan kemudian Allah memberi petunjuk. Dahulu kami budakbudak belian, kemudian Allah memerdekakan...,” kata Bilal.
Kemudian ia melanjutkan, “Jika pinangan kami Anda terima, kami panjatkan ucapan Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah. Dan kalau Anda menolak, maka kami mengucapkan Allahu Akbar. Allah Maha Besar.”
Menurut pandangan Bilal, jika pinangan diterima, maka hanya Allah yang berhak dan layak dipuji. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. Pujian dalam segala bentuknya. Peminangan pun insya-Allah merupakan sebentuk pujian kepada-Nya dengan menjaga kehormatan atas apa yang dikaruniakan kepada kita. Adapun kalau pinangan ditolak, kita ingat bahwa yang besar dan seharusnya besar di mata dan hati kita adalah Allah ‘Azza wa Jalla.

Peminangan adalah salah satu bentuk ikhtiar untuk mengagungkan Allah. Kita mengagungkan Allah dengan berusaha menghalalkan karunia kecintaan kepada lawan jenis melalui ikatan pernikahan yang oleh Allah disebut mitsaqan-ghalizha (perjanjian yang sangat berat).
Maka, kalau pinangan yang Anda sampaikan ditolak, agungkan Allah. Semoga kita tetap berbaik sangka kepada Allah. Kita tetap berprasangka baik. Sebab, bisa jadi, penolakan justru merupakan jalan pensucian jiwa dari kezaliman-kezaliman diri kita sendiri. Boleh jadi penolakan merupakan proses untuk mencapai kematangan, kemantapan, dan kejernihan niat, mengingat bahwa ada banyak hal yang dapat menyebabkan terkotorinya niat. Bisa jadi Allah hendak mengangkat derajat Anda, kecuali jika justru Anda merendahkan diri sendiri. Tapi kita juga perlu memeriksa hati, jangan-jangan perasaan itu muncul karena ‘ujub (kagum pada diri sendiri).
Penolakan bisa saja merupakan “metode Allah” untuk meluruskan niat dan orientasi Anda.
Kekecewaan mungkin saja timbul. Barangkali ada yang merasa perih, barangkali juga ada yang merasa kehilangan rasa percaya diri ketika itu. Dan ini merupakan reaksi psikis yang wajar, sehingga saya juga tidak ingin mengatakan, “Tidak usah kecewa. Anggap saja tidak ada apa-apa.”
Kecewa adalah perasaan yang manusiawi. Tetapi ia harus diperlakukan dengan cara yang tepat agar ia tidak menggelincirkan kita ke jurang kenistaan yang sangat jelas. Rasulullah Saw. mengajarkan, “Ada tiga perkara yang tidak seorang pun dapat terlepas darinya, yaitu prasangka, rasa sial, dan dengki. Dan aku akan memberikan jalan keluar bagimu dari semua itu, yaitu apabila timbul pada dirimu prasangka, janganlah dinyatakan; dan bila timbul di hatimu rasa kecewa, jangan cepat dienyahkan; dan bila timbul di hatimu dengki, janganlah diperturutkan.
 

untuk lebih lengkapnya tentang "Ku Pinang Engkau dengan Hamdalah" Antum bisa download di sini.
Writer: Mohammad Fauzil Adhim

Rabu, 01 Juni 2011

Di manakah Wanita-wanita Barakah Itu ?


Rasulullah bersabda, "Seorang wanita yang penuh barakah dan mendapat anugerah Allah adalah yang maharnya murah, mudah menikahinya, dan akhlaknya baik. Namun sebaliknya, wanita yang celaka adalah yang mahal maharnya, sulit menikahinya, dan buruk akhlaknya.”

Menikah hampir menyamai kemuliaan agama. Perjanjian nikah disebut mitsaqan-ghalizhan. Istilah ini tidak pernah dipakai dalam Al Qur’an, kecuali hanya untuk tiga peristiwa. Satu untuk perjanjian akad nikah, dan dua kali untuk perjanjian tauhid. Dalam masalah tauhid, pembelaan terhadap kebenaran agama dari mereka yang menyerang, bisa dilakukan dengan mubahalah (perang doa).

Masing-masing pihak memohon kepada Allah dengan sumpah yang sungguh-sungguh agar pihak yang salah mendapat kutukan. Mendapat azab. Hal yang sama juga kita jumpai dalam pernikahan. Ada yang serupa dengan mubahalah dalam pernikahan, yaitu li'an. Keduanya merupakan perang doa. Jika mubahalah disebutkan dalam satu ayat, kita mendapati Al Qur’an menerangkan tentang li'an tidak cukup satu ayat.

Allah Swt. berfirman:

"Dan orang-orang yang menuduh istri mereka (berzina), padahal mereka tidak mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah orang-orang yang benar. Dan (sumpah) yang kelima, bahwa laknat Allah atasnya, jika ia termasuk orang-orang yang berdusta. Dan istrinya itu akan dihindarkan dari hukuman, apabila sumpah empat kali atas nama Allah yang dilakukan suaminya itu adalah dusta. Dan (sumpah) yang kelima, bahwa laknat Allah atasnya, jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar." (QS An-Nur [24]: 6-9).

Bila perceraian biasa bisa diakhiri dengan rujuk dan masih terbuka kesempatan untuk merajut kebahagiaan bersama-sama seperti sebelumnya, maka tidak demikian dengan li'an. Dua orang yang telah bercerai setelah keduanya saling me-li'an (melaknat) haram untuk bersatu kembali untuk selama-lamanya.
Rasulullah Saw., bersabda,

"Dua orang suami-istri yang saling melaknat, apabila telah berpisah (bercerai), maka tidak akan pernah bertemu lagi selamanya." (Hadis Shahih).

Jadi, tak ada lagi ruang untuk menyatukan hati yang telah berpisah, ketika penyesalan datang. Apabila sebelumnya keduanya saling melaknat, tidak ada lagi kesempatan untuk menghayati kebersamaan dan kebahagiaan ketika mereka menyadari kesalahan-kesalahannya. Na'udzubillahi min dzalik. Semoga kita tidak pernah sedikit pun tergelincir ke dalam prasangka yang buruk kepada teman hidup kita, karena prasangka yang buruk merupakan bibit li'an. Pernikahan sedemikian pentingnya dalam pandangan Islam.

Pernikahan menjadi sunnah Rasul. At-Tirmidzi, Imam Ahmad ibn Hanbal, dan Al-Baihaqi pernah meriwayatkan sebuah hadis bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Empat macam perkara termasuk sunnah-sunnah para Rasul, yaitu: memakai pacar, memakai wewangian, bersiwak, dan menikah."

Pernikahan merupakan bukti kekuasaan Allah Yang Maha Mulia. Ia menciptakan kasih-sayang dan kerinduan-kerinduan. Ia memberikan ketenteraman yang tidak pernah bisa dirasakan oleh orang yang belum menikah. Rumah bagi mereka yang menikah adalah tempat yang menyejukkan. Tiap-tiap anggota keluarga insya-Allah memperoleh ketenteraman dan terjalin ikatan kasih-sayang.

Pernikahan yang barakah akan menumbuhkan al-'athifah (jalinan perasaan) yang demikian. Mereka akan mendapati pernikahan sebagaimana firman Allah Swt. Dalam surat Ar-Rum ayat 21, surat yang paling populer untuk penghias undangan nikah, "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Ia menciptakan untukmu istriistri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tenteram dengannya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mengetahui."

Dalam pernikahan yang barakah, insya-Allah akan tumbuh sakinah. Antara suami dan istri, tumbuh perasaan kasih dan sayang. Perasaan ini bukan sejenis luapanluapan sesaat, sehingga semakin kering ketika pernikahan sudah dimakan usia. Ketika sebuah pernikahan barakah, suami merasa semakin sayang ketika tertegun memandang istrinya yang semata wayang. Istri merasakan getaran cinta yang semakin mendalam saat memandangi wajah suaminya.

Bagaimana keluarga yang sakinah itu? Allahu A'lam bishawab. Hadis berikut mudah-mudahan dapat memahamkan kita sebagian di antara tanda-tandanya.

"Tiga kunci kebahagiaan seorang laki-laki," kata Rasulullah Saw. menunjukkan, "adalah istri shalihah yang jika dipandang membuatmu semakin sayang dan jika kamu pergi membuatmu merasa aman, dia bisa menjaga kehormatan dirinya dan hartamu; kendaraan yang baik yang bisa mengantar ke mana kamu pergi; dan rumah yang damai yang penuh kasih sayang. Tiga perkara yang membuatnya sengsara adalah istri yang tidak membuatmu bahagia jika dipandang dan tidak bisa menjaga lidahnya juga tidak membuatmu merasa aman jika kamu pergi karena tidak bisa menjaga kehormatan diri dan hartamu; kendaraan rusak yang jika dipakai hanya membuatmu lelah namun jika kamu tinggalkan tidak bisa mengantarmu pergi; dan rumah yang sempit yang tidak kamu temukan kedamaian di dalamnya.”

“Akan lebih sempurna ketakwaan seorang Mukmin," kata Rasulullah Saw., "jika ia mempunyai seorang istri shalihah; jika diperintah suaminya ia patuh, jika dipandang membuat suaminya merasa senang, jika suaminya bersumpah membuatnya merasa adil, jika suaminya pergi ia akan menjaga dirinya dan harta suaminya."


Tetapi, tidak semua pernikahan mendapatkan barakah. Adakalanya, indahnya pernikahan segera kering setelah masa pengantin baru berlalu. Setahun belum berlalu, tetapi rumahtangga sudah dipenuhi oleh rasa jemu. Anak belum lagi satu, malah istri baru menjalani kehamilan pertama, tetapi hubungan keduanya justru semakin kaku. Bahkan lebih kaku dibanding malam pertama, saat keduanya masih belum begitu kenal.

Apa yang menyebabkan pernikahan tidak barakah? Wallahu A'lam bishawab.
Saya hanya bisa berharap kepada Allah SWT semoga Ia menjadikan pernikahan saya nanti, juga pernikahan Anda, dibarakahi dan diridhai-Nya. Dengan demikian, pernikahan semakin mendekatkan kita kepada-Nya. Bukan justru mendatangkan kekecewaan-kekecewaan yang membuat kita sulit bersyukur kepada Allah Swt. Betapa banyak nikmat Allah. Akan tetapi alangkah sulitnya mensyukuri sekian banyak karunia-Nya, kalau hati penuh kekecewaan.

Untuk Lebih lengkpanya tulisan Ini silahkan Baca dan Download E-book ini,
Klik di sini.

Writer: Mohammad Fauzil Adhim

Sabtu, 28 Mei 2011

InginKu Sempurnakan Separuh AgamaKu


Di zaman ini tidak ragu lagi penuh godaan di sana-sini. Di saat wanita-wanita sudah tidak lagi memiliki rasa malu. Di saat kaum hawa banyak yang tidak lagi berpakaian sopan dan syar’i. Di saat perempuan lebih senang menampakkan betisnya daripada mengenakan jilbab yang menutupi aurat. Tentu saja pria semakin tergoda dan punya niatan jahat, apalagi yang masih membujang. Mau membentengi diri dari syahwat dengan puasa amat sulit karena ombak fitnah pun masih menjulang tinggi. Solusi yang tepat di kala mampu secara fisik dan finansial adalah dengan menikah.

Menyempurnakan Separuh Agama

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,  ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

.إِذَا تَزَوَّجَ العَبْدُ فَقَدْ كَمَّلَ نِصْفَ الدِّيْنِ ، فَلْيَتَّقِ اللهَ فِي النِّصْفِ البَاقِي

Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 625)

Lihat bahwa di antara keutamaan menikah adalah untuk menyempurnakan separuh agama dan kita tinggal menjaga diri dari separuhnya lagi. Kenapa bisa dikatakan demikian? Para ulama jelaskan bahwa yang umumnya merusak agama seseorang adalah kemaluan dan perutnya. Kemaluan yang mengantarkan pada zina, sedangkan perut bersifat serakah. Nikah berarti membentengi diri dari salah satunya, yaitu zina dengan kemaluan. Itu berarti dengan menikah separuh agama seorang pemuda telah terjaga, dan sisanya, ia tinggal menjaga lisannya.

Al Mula ‘Ali Al Qori rahimahullah dalam Mirqotul Mafatih Syarh Misykatul Mashobih berkata bahwa sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambertakwalah pada separuh yang lainnya”, maksudnya adalah bertakwalah pada sisa dari perkara agamanya. Di sini dijadikan menikah sebagai separuhnya, ini menunjukkan dorongan yang sangat untuk menikah.

Al Ghozali rahimahullah (sebagaimana dinukil dalam kitab Mirqotul Mafatih) berkata, “Umumnya yang merusak agama seseorang ada dua hal yaitu kemaluan dan perutnya. Menikah berarti telah menjaga diri dari salah satunya. Dengan nikah berarti seseorang membentengi diri dari godaan syaithon, membentengi diri dari syahwat (yang menggejolak) dan lebih menundukkan pandangan.”

Kenapa Masih Ragu untuk Menikah?

Sebagian pemuda sudah diberikan oleh Allah keluasan rizki. Ada yang kami temui sudah memiliki usaha yang besar dengan penghasilan yang berkecukupan. Ia bisa mengais rizki dengan mengolah beberapa toko online. Ada pula yang sudah bekerja di perusahaan minyak yang penghasilannya tentu saja lebih dari cukup. Tetapi sampai saat ini mereka  belum juga menuju pelaminan. Ada yang beralasan belum siap. Ada lagi yang beralasan masih terlalu muda. Ada yang katakan  pula ingin pacaran dulu. Atau yang lainnya ingin sukses dulu dalam bisnis atau dalam berkarir dan dikatakan itu lebih urgent. Dan berbagai alasan lainnya yang diutarakan. Padahal dari segi finansial, mereka sudah siap dan tidak perlu ragu lagi akan kemampuan mereka. Supaya memotivasi orang-orang semacam itu, di bawah ini kami utarakan manfaat nikah yang lainnya.

(1) Menikah akan membuat seseorang lebih merasakan ketenangan.

Coba renungkan ayat berikut, Allah Ta’ala berfirman,

وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya.” (QS. Ar-Ruum: 21). Lihatlah ayat ini menyebutkan bahwa menikah akan lebih tentram karena adanya pendamping. Al Mawardi dalam An Nukat wal ‘Uyun berkata mengenai ayat tersebut, “Mereka akan begitu tenang ketika berada di samping pendamping mereka karena Allah memberikan pada nikah tersebut ketentraman yang tidak didapati pada yang lainnya.” Sungguh faedah yang menenangkan jiwa setiap pemuda.

(2) Jangan khawatir, Allah yang akan mencukupkan rizki

Dari segi finansial sebenarnya sudah cukup, namun selalu timbul was-was jika ingin menikah. Was-was yang muncul, “Apa bisa rizki saya mencukupi kebutuhan anak istri?” Jika seperti itu, maka renungkanlah ayat berikut ini,

وَأَنكِحُوا اْلأَيَامَى مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَآئِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui
.” (QS. An Nuur: 32). Nikah adalah suatu ketaatan. Dan tidak mungkin Allah membiarkan hamba-Nya sengsara ketika mereka ingin berbuat kebaikan semisal menikah.

Di antara tafsiran Surat An Nur ayat 32 di atas adalah: jika kalian itu miskin maka Allah yang akan mencukupi rizki kalian. Boleh jadi Allah mencukupinya dengan memberi sifat qona’ah (selalu merasa cukup) dan boleh jadi pula Allah mengumpulkan dua rizki sekaligus (Lihat An Nukat wal ‘Uyun). Jika miskin saja, Allah akan cukupi rizkinya. Bagaimana lagi jika yang bujang sudah berkecukupan dan kaya?

Dari ayat di atas, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,

التمسوا الغنى في النكاح

Carilah kaya (hidup berkecukupan) dengan menikah.”  (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim mengenai tafsir ayat di atas).
 Disebutkan pula dalam hadits bahwa Allah akan senantiasa menolong orang yang ingin menjaga kesucian dirinya lewat menikah. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang tiga golongan yang pasti mendapat pertolongan Allah. Di antaranya,

وَالنَّاكِحُ الَّذِي يُرِيدُ الْعَفَافَ

“… seorang yang menikah karena ingin menjaga kesuciannya.” (HR. An Nasai no. 3218, At Tirmidzi no. 1655. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Ahmad bin Syu’aib Al Khurasani An Nasai membawakan hadits tersebut dalam Bab “Pertolongan Allah bagi orang yang nikah yang ingin menjaga kesucian dirinya”. Jika Allah telah menjanjikan demikian, itu berarti pasti. Maka mengapa mesti ragu?

(3) Orang yang menikah berarti menjalankan sunnah para Rasul

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلاً مِن قَبْلِكَ وَجَعَلْنَا لَهُمْ أَزْوَاجًا وَذُرِّيَّةً

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan.” (QS. Ar Ra’du: 38). Ini menunjukkan bahwa para rasul itu menikah dan memiliki keturunan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَرْبَعٌ مِنْ سُنَنِ الْمُرْسَلِينَ الْحَيَاءُ وَالتَّعَطُّرُ وَالسِّوَاكُ وَالنِّكَاحُ

Empat perkara yang termasuk sunnah para rasul, yaitu sifat malu, memakai wewangian, bersiwak dan menikah.” (HR. Tirmidzi no. 1080 dan Ahmad 5/421. Hadits ini dho’if sebagaimana kata Syaikh Al Albani dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth. Namun makna hadits ini sudah didukung oleh ayat Al Qur’an yang disebutkan sebelumnya)

(4) Menikah lebih akan menjaga kemaluan dan menundukkan pandangan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki baa-ah[1], maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya.” (HR. Bukhari no. 5065 dan Muslim no. 1400). Imam Nawawi berkata makna baa-ah dalam hadits di atas terdapat dua pendapat di antara para ulama, namun intinya kembali pada satu makna, yaitu sudah memiliki kemampuan finansial untuk menikah. Jadi bukan hanya mampu berjima’ (bersetubuh), tapi hendaklah punya kemampuan finansial, lalu menikah. Para ulama berkata, “Barangsiapa yang tidak mampu berjima’ karena ketidakmampuannya untuk memberi nafkah finansial, maka hendaklah ia berpuasa untuk mengekang syahwatnya.” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim).

Itulah keutamaan menikah. Semoga membuat mereka-mereka tadi semakin terdorong untuk menikah. Berbeda halnya jika memang mereka ingin seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang belum menikah sampai beliau meninggal dunia. Beliau adalah orang yang ingin memberi banyak manfaat untuk umat dan itu terbukti. Itulah yang membuatnya mengurungkan niat untuk menikah demi maksud tersebut. Sedangkan mereka-mereka tadi di atas, bukan malah menambah manfaat, bahkan diri mereka sendiri binasa karena godaan wanita yang semakin mencekam di masa ini.

Menempuh Jalan yang Benar

Kami menganjurkan untuk segera menikah di sini bagi yang sudah berkemampuan, bukan berarti ditempuh dengan jalan yang keliru. Sebagian orang menyangka bahwa menikah harus lewat pacaran dahulu supaya lebih mengenal pasangannya. Itu pendapat keliru karena tidak pernah diajarkan oleh Islam. Pacaran tentu saja akan menempuh jalan yang haram seperti mesti bersentuhan, berjumpa dan saling pandang, ujung-ujungnya pun bisa zina terjadilah MBA (married be accident). Semua perbuatan tadi yang merupakan perantara pada zina diharamkan sebagaimana firman Allah Ta’ala,

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’: 32)
Kemudian nasehat kami pula bagi mahasiswa yang masih kuliah (masih sekolah) bahwa bersabarlah untuk menikah. Sebagian mahasiswa yang belum rampung kuliahnya biasanya sering “ngambek” pada ortunya untuk segera nikah, katanya sudah tidak kuat menahan syahwat. Padahal kerja saja ia belum punya dan masih mengemis pada ortunya. Bagaimana bisa ia hidupi istrinya nanti? Kami nasehatkan, bahagiakan ortumu dahulu sebelum berniat menikah. Artinya lulus kuliah dahulu agar ortumu senang dan bahagia karena itulah yang mereka inginkan darimu dan tugasmu adalah berbakti pada mereka. Setelah itu carilah kerja, kemudian utarakan niat untuk menikah. Semoga Allah mudahkan untuk mencapai maksud tersebut. Oleh karenanya, jika memang belum mampu menikah, maka perbanyaklah puasa sunnah dan rajin-rajinlah menyibukkan diri dengan kuliah, belajar ilmu agama, dan kesibukan yang manfaat lainnya. Semoga itu semakin membuatmu melupakan nikah untuk sementara waktu.

Adapun yang sudah mampu untuk menikah secara fisik dan finansial, janganlah menunda-nunda! Jangan Saudara akan menyesal nantinya karena yang sudah menikah biasa katakan bahwa menikah itu enaknya cuma 1%, yang sisanya (99%) “enak banget”. Percaya deh!

Semoga sajian ini bermanfaat. Wallahu waliyyut taufiq.

Rabu, 18 Mei 2011

Tips Rahasia mendapatkan Anak Unggulan


Orang tua berkeinginan mempunyai anak unggulan atau memiliki kecerdasan tinggi. Tentunya keunggulan hakiki yang dapat membawa kebahagiaan dunia dan akhirat. Keunggulan atau kecerdasan dipahami melalui kemampuan seseorang menggunakan akal pikirannnya melebihi orang lain. Daya pikirnya menjangkau ke depan hingga sanggup menangkap semua persoalan dan diselesaikan dengan analisis yang tajam. Parameter ini disebut: IQ (Intelligence Quation).

Parameter lainnya adalah: EQ (Emotional Quation) dan SQ (Spiritual Quation). Ketiga parameter tersebut dianggap merupakan keunggulan hakiki atau kecerdasan yang menyelamatkan.

Lantas, bagaimana menciptakan generasi masa depan yang memiliki keunggulan hakiki dan merencanakannya sejak dalam kandungan?

Diperlukan beberapa langkah untuk memiliki anak unggulan, yaitu:

PERTAMA: MASA PERSIAPAN PERSETUBUHAN

  • Ruangan kamar. Tempat tidur (seprei, selimut dan pakaian harus bersih dari najis). Sediakan parfum untuk menyegarkan suasana.
  • Lampu Kamar. Penerangan sedapat mungkin berasal dari cahaya luar rumah atau cahaya rembulan.
  • Makanan. Hindari makanan yang di haramkan dan hindari persetubuhan dalam keadaan lapar atau terlalu kenyang.
  • Fisik. Fisik harus sehat, suasana hati tenang dan bahagia. Tidak dalam suasana marah atau sedih. Gunakan selimut untuk menutupi sebagian tubuh.
  • Doa Bersetubuh. Awali persetubuhan dengan membaca doa.
  • Apabila ingin melakukan persetubuhan kedua, hendaknya membersihkan terlebih dahulu atau berwudhu.
  • Waktu. Pilihlah waktu-waktu yang baik menurut kebutuhan. Tetapi sebaiknya jangan bersetubuh pada waktu sepertiga malam. Karena saat itu untuk melakukan shalat tahajjud.
  • Apabila menginginkan anak perempuan, maka miring ke kiri. Sedangkan jika menginginkan anak lelaki, miring ke kanan.

KEDUA: SAAT MENGANDUNG HINGGA BAYI LAHIR

  • Apabila Allah SWT merahmatinya dengan terjadinya pembuahan, maka mulailah secara rutin membaca Al Qur’an, Surat Yusuf setiap hari. Pada hakekatnya, membaca Surat Yusuf ini bertujuan mendapatkan pahala, disamping menanamkan sugesti yang kuat agar kelak anak menjadi seperti Nabi Yusuf As. Seorang Nabi yang diberkahi wajah rupawan, berbakti kepada orangtua dan saudaranya dan memiliki kecerdasan yang tinggi.(Namun jauh lebih baik membiasakan khataman Qur’an).
  • Sugesti semacam ini sangat penting, karena ikut menentukan seperti apa kelak anak yang diinginkan. Adakalanya orangtua tersugesti idola di televisi, seperti penyanyi atau bintang film, lalu menginginkan anaknya seperti idolanya itu.
  • Namun demikian, mensugestikan diri dengan figur agama jauh lebih baik, seperti para Nabiyullah atau tokoh Khulafaur Rasyidin, Umar bin Abdul Aziz, Salahuddin Al Ayyubi, Siti Aisyah ra, Rabiah Al Adawiyyah, dll. Untuk mengenal tokoh tersebut harus rajin membaca buku agama.
  • Bisa juga sugesti melalui tokoh terkini, seperti : Abdullah Gymnastiar, Quraish Shihab, Nurcholish Majid, Sutrisno Bachir, Rano Karno, Dede Yusuf, Din Syamsudddin, Amien Rais, Syahrul Gunawan, dll. Atau figur wanita seperti: Megawati, Marissa Haque, Ratih Sanggarwati, Neno Warisman, Astri Ivo, Inneke Kusherawati, Marshanda, dll.

KETIGA: SAAT BAYI LAHIR, HINGGA MAMPU MANDI SENDIRI (USIA 4-5 TAHUN)

  • Saat bayi lahir, suarakan azdan di telinga kanan dan iqomat ditelinga kiri. Hal ini dimaksudkan agar suara yang pertama didengar bayi di dunia adalah kalimat mengagungkan kebesaran Tuhan, ketauhidan dan syahadat.
  • Selanjutnya secara rutin membaca Al Qur’an, Surat Yasin setiap hari.
  • Usai membaca, lalu berdoa memohon barokah dan karomah Surat Yasin tersebut. Kemudian tiupkan ke dalam botol berisi air (berukuran sekitar 1 liter).
  • Pada saat bayi dimandikan, tuangkan sebagian air (kira-kira ½ liter) yang sudah diberi barokah Surat Yasin tersebut ke dalam ember berisi air biasa. Sisa air dalam botol digunakan untuk mandi berikutnya.
  • Dalam sehari bayi mandi dengan diberi tambahan air dalam botol tersebut.
  • Lakukan setiap hari secara rutin hingga anak berusia 4-5 tahun, atau saat anak mulai dapat melakukan mandi sendiri.

KEEMPAT: SAAT BAYI LAHIR HINGGA MENJELANG MASUK SEKOLAH DASAR (USIA 6-7 TAHUN)

Dilakukan mulai bayi lahir. Tujuannya agar anak senantiasa didoakan tamu. Langkahnya sbb:

  • Apabila kedatangan tamu, maka biasakanlah memperkenalkan anak kepada tamu di ruang tamu. Caranya dengan membawa anak ke ruang tamu hingga tamu dapat melihat dan mengenalnya.
  • Pada umumnya, tamu akan tersenyum melihat tingkah lucu anak. Pada saat itu, tamu akan berkata, misalnya, ”Aduh cakepnya anak ini, moga-moga jadi anak yang pintar dan soleh,” atau kalimat, “Aduhai cantiknya, mudah-mudahan jadi wanita shalihah,” dll.
  • Perkataan semacam itu pada hakikatnya bermakna doa. Apabila orangtua mendengarnya, maka ucapkanlah dalam hati, “Amin, Ya Robbal Alamin”.
  • Apabila sudah terbiasa memperkenalkan anak-anak kepada tamu, maka tentu anak akan semakin banyak yang mendoakannya. Dapat di bayangkan pula beragam doa yang akan didapat anak. Boleh jadi, tamu akan berkata, ”Mudah-mudahan menjadi manusia yang berguna bagi agama dan bangsa.” Atau kata-kata seperti ini, “Semoga kelak jadi pemimpin yang adil dan bijaksana,” dan sejumlah kemungkinan doa-doa yang baik yang bakal diterimanya. Tetapi harus diingat, doa orangtua yang utama.
  • Meski begitu, adakalanya perilaku anak sering merepotkan orangtua, seperti memecahkan gelas atau mengotori taplak meja. Apabila hal itu terjadi, jangan singkirkan anak dari ruang tamu. Orangtua harus bersikap sabar menunggu hingga tamu berkata yang bermakna doa. Setelah tamu berucap doa, baru anak dipindahkan ke ruang lain atau bermain dengan rekan sebayanya.
  • Apabila tamu dipersilahkan makan, sebaiknya anak ikut pula makan bersama orangtua dan tamunya.

Harus dipahami, sejalan bertambahnya usia anak, banyak faktor lain yang harus diperhatikan orangtua, seperti pendidikan dan lingkungan. Langkah di atas merupakan perhatian khusus orangtua, sebelum anak memasuki pergaulan luas di sekolah dan lingkungannya.

Langkah tersebut, Insya Allah dapat mencapai keberhasilan memiliki anak unggulan yang hakiki, yaitu mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Catatan: Kisah pada point ketiga Misteri dapatkan dari seorang teman. Dia menceritakan rekannya yang memiliki anak cerdas hingga mendapat beasiswa di Australia. Sekarang anak cerdas itu tinggal di Jepang dan beristeri wanita sana.
Kisah pada point keempat, Misteri dapatkan dari ceramah tarawih di Yogyakarta. Penceramah yang juga dokter senior itu bercerita tentang rekannya yang berprofesi sebagai guru sekolah dan memiliki beberapa anak. Tetapi alhamdulillah, semua anaknya berhasil menjadi sarjana.

Sedangkan point kesatu dan kedua, sebagian sudah umum dilakukan di masyarakat.

sumber: AGUS SISWANTO – gus7.wordpress.com
out source resep.web.id